Minggu, 30 April 2017

Ban Meletus (kempes mendadak), Cara Mengatasinya ...

Ban yang meletus atau kempes mendadak pada saat mobil dalam kecepatan tinggi sangat berbahaya, perlu tindakan yang tepat agar tidak terjadi kecelakaan. Artikel ini saya tulis berdasarkan pengamatan yang saya lakukan pada video-video berikut:

Hal yang perlu dilakukan pada saat ban meletus dalam kecelakaan tinggi (di atas 60 km/jam):
Pertama: Jangan injak pedal rem secara mendadak (rem panik), jauhkan kaki dari pedal rem, karena hal ini akan mengakibatkan mobil tidak terkendali (spin ataupun terguling):
Sedan berputar karena rem mendadak [1] <-- youtube direct link


Jeep yang berguling (flip) [2] <-- youtube direct link

Pada video pertama sedan berputar (spin) setelah direm secara mendadak, ini adalah kelebihan dari sedan yang tidak mudah terguling, karena kendaraan rendah dan lebar (lebar > tinggi), berbeda dengan kendaraan yang lebih tinggi (Jeep, MPV, SUV, Truk, Bus), kendaraan ini lebih mudah terguling. Pada video tentang Jeep di atas setelah mobil menepi, kemudian mobil direm mendadak (ada suara rem), mobil tidak terkendali, keluar dari aspal dan kemudian terguling.

Kedua: Jangan langsung menepi (keluar dari aspal/beton) pada kecepatan tinggi atau jangan berpindah jalur pada kecepatan tinggi, sebaiknya usahakan mobil tetap lurus. Menepilah setelah kecepatan berkurang (dibawah 40 km/jam). Menepi pada kecepatan tinggi meningkatkan probalilitas mobil keluar dari aspal/beton. Mobil lebih sulit untuk dikendalikan bila di atas tanah atau rumput, karena ban yang terpasang tidak didesain untuk bekerja maksimal selain di atas aspal/beton (terutama dalam kecepatan tinggi), sebagaimana dapat dilihat pada video di bawah ini:

Ketiga: Kendalikan kendaraan dengan menginjak pedal gas (hanya sesaat sampai mobil terkendali), kemudian lepas pedal gas perlahan-lahan, ATAU langsung lepas pedal gas. Ada perbedaan pendapat pada poin ketiga, yaitu apakah injak terus pedal gas sampai mobil terkendali kemudian baru dilepas (perlahan-lahan), ATAU langsung lepas pedal gas, tapi pada intinya jangan injak pedal rem secara mendadak (rem panik). kedua perpedaan pendapat tersebut dapat dilihat pada video dan komentarnya berikut:


Mengendalikan Truk Bila Ban Meletus [5] <-- youtube direct link

Pada video berikutnya anda bisa melihat mobil sport (sedan) dalam kecepatan yang sangat tinggi (327 km/jam) yang selamat karena tidak menginjak rem secara mendadak (rem panik) dan tidak menepi (keluar dari aspal) dalam kecepatan tinggi, sehingga mobil tidak berputar (spin) dan juga tidak terguling.




Kerusakan yang ditimbulkan [7]

Setelah mobil sport ini berhenti ban hilang dan hanya tersisa velg, jauh lebih baik dibanding bila terjadi spin kemudian berbenturan dengan mobil lain/pembatas jalan, kelebihan lain dari mobil jenis ini adalah diameter velg yang besar dan ban yang tipis, sehingga diamater velg dan diameter ban tidak berbeda jauh yang tentunya akan berpengaruh besar dalam pengendalian mobil bila ban meletus.

Note:
  1. Semua yang saya tulis di atas hanyalah teori yang perlu dilatih untuk menimbulkan refleks yang tepat saat mengalami ban meletus dalam kecepatan tinggi, hal yang tidak mungkin dilakukan kecuali anda adalah seorang pembalap yang dilatih untuk meminimalkan akibat kecelakaan.
  2. Bila ban depan meletus akan terasa di roda kemudi (stir), bila ban belakang meletus akan terasa pada kursi anda.
  3. Anda dapat melihat video yang lain dengan kata kunci "tire blowout" [7]
  4. Saat mengendari motor, saya pernah mengalami ban meletus (ban belakang), di perempatan harmoni, dari jalan Veteran  menuju Jalan Gajah Mada, saat itu kecepatannya sekitar 40 - 50 km/jam, refleks saya adalah saya tidak berani berbelok, hanya mengerem pelan-pelan, berhenti di depan harmoni plaza, bersyukur saat itu tidak jatuh, tentu dapat dimengerti karena ban yang digunakan bukan ban tubeless, saat terkena ranjau paku ban dalam bisa langsung robek dan kempes.
  5. Pada video terakhir ada yang berkomentar bahwa di Jerman 200 Mph adalah legal, tentu berbeda dengan di negara kita.

Referensi:
[1] https://youtu.be/lHYt6KC5ZYc
[2] https://youtu.be/T2fdl6eeXpk
[3] https://youtu.be/9LkLeljt4t0
[4] https://youtu.be/lkwOE1yKY5c
[5] https://youtu.be/8znCgvHMb-g
[6] https://youtu.be/PYcL1rBE_Ms
[7] https://a-a.d-cd.net/7a2e792s-960.jpg
[8] https://www.youtube.com/results?search_query=tire+blowout


Selasa, 24 Januari 2017

Warisan Cita-Cita

Beberapa kali kita melihat anak pejabat/mantan pejabat  dicalonkan dalam Pilkada ataupun Pemilu. Suatu hal yang lumrah bahwa kita ingin masa depan lebih baik, hal tersebut terkadang juga diterapkan untuk anak kita, kita ingin anak kita memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan orang tuanya, karir yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, harta yang lebih banyak, rumah yang lebih bagus, kendaraan yang lebih mewah, dst ....atau setidaknya menyamai/setingkat dengan orang tuanya.

Menurutu KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) cita-cita [1] adalah :
  1. Keinginan yang selalu ada di dalam pikiran.
  2. Tujuan yang sempurna (yang akan dicapai atau dilaksanakan).
Kadang orang tua mengutarakannya secara lisan:
"Nak nanti besar sekolah di kedokteran ya"
"nanti kerja di perusahaan minyak ya"
"nanti kamu masuk partai ya....meneruskan karir politik ayah"
“kamu kuliah di ekonomi ya...biar bisa meneruskan bisnis keluarga”
Terkadang kita lihat keadaan yang kontradiktif, orang yang sudah dianggap berhasil dalam karir, pendidikan dan ekonomi oleh orang-orang disekitarnya, tetapi masih dianggap kurang berhasil oleh orang tuanya, hal ini disebabkan kelas ekonomi/karir/pendidikan orang tuanya masih lebih tinggi dibandingkan anaknya. Sebagai ilustrasi, kalau orang tuanya Camat, dia ingin anaknya menjadi Bupati. Kalau orang tuanya Bupati ingin anaknya mejadi Gubernur, dst.

Kadang, kekhawatiran orang tua bahwa anaknya tidak mendapatkan sekolah (pendidikan) ataupun pekerjaan (karir) yang bisa dibanggakan, membuat hal-hal seperti ini bisa terjadi:
  1. https://goo.gl/O2IQVd    [2]
  2. https://goo.gl/YhoHpg    [3] 
  3. https://goo.gl/1LHsZm   [4]
    Pertumbuhan (jumlah) penduduk yang besar tidak sebanding dengan pertumbuhan (jumlah) lapangan kerja ataupun sarana pendidikan. Persaingan untuk memperoleh pendidikan/lapangan kerja semakin ketat.

    Berbeda dengan negara-negara maju, pertumbuhan penduduknya cenderung tetap, bahkan negatif. Walapun jumlah lapangan kerja tidak bertambah, jumlah angkatan kerja semakin menurun, sehingga pengangguran relatif rendah, sebagian dari mereka bahkan tidak tertarik dengan segmen pekerjaan tertentu seperti misalnya buruh pabrik, tukang batu, pekerja pekerbunan, cleaning service, sopir, sehingga pekerjaan-pekerjaan tersebut diisi oleh orang-orang asing (expatriate).

    Sebagaimana di negara kita, Kalangan terdidik (S1 - S3) cenderung gengsi untuk mengambil pekerjaan tertentu, yang bisa diisi pekerja tanpa pendidikan tinggi. Memang sangat butuh keberanian untuk melawan gengsi untuk mengambil pekerjaan seperti: Pedagang kecil, tukang ojek, buruh pabrik. Kalangan terdidik cenderung memilih menganggur daripada mengambil pekerjaan yang gensinya kurang.

    Note:
    1. Jikalau dalam pendaftaran dan seleksi suatu pekerjaan atau pendidikan (ikatan dinas) kita mengeluarkan dana ratusan juta, sebenernya kita sedang daftar seleksi atau ndaftar MLM, bisa dibayangkan berapa bonus yang didapatkan para upline-nya.
    2. Gaya hidup mewah para upline ini kadang memunculkan generasi yang tertipu, mereka mengira pekerjaan/jabatan tertentu menjanjikan kekayaan, merekapun mendaftar sebagai downline dengan biaya yang banyak, tetapi ternyata gajinya sedikit.
    3. Berhasil lolos seleksi pada sekolah ber-ikatan dinas, bagaikan berhasil mendapatkan pekerjaan.
    4. Bukan hal yang mudah bagi kita untuk menghadapi godaan membantu anak secara ilegal, terutama bila kita mempunyai uang/pengaruh, karena kita cenderung malu bila anak kita tidak memiliki pendidikan/pekerjaan yang baik.
    5. Dalam suap terkandung banyak unsur kezaliman, seperti mengambil hak orang lain, memengaruhi keputusan penguasa sehingga merugikan pihak lain. Bagi pemberi diperbolehkan jika tidak memberikan suap, dia tidak akan mendapatkan haknya atau akan diperlakukan secara zalim. Sedangkan, bagi penerima hukumnya haram karena dia tidak berhak menerima hal itu. Misalnya, seseorang yang mengurus sesuatu ke aparat pemerintahan. Sang aparat tidak akan mengurus kebutuhannya jika tidak diberi suap [5].
    Referensi:
    [1] http://kbbi.web.id/cita
    [2] http://news.okezone.com
    [3] http://nasional.republika.co.id
    [4] http://www.jpnn.com
    [5] http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/04/22/o60ws617-suap-karena-terpaksa-bolehkah

    Jumat, 09 September 2016

    Public Trust (Kepercayaan Masyarakat)

    Pada musim gugur yang sejuk, dengan temperatur 18 - 30 C, di negeri gingseng, kami menghabiskan beberapa minggu di sebuah kota kecil di tengah-tengah semenanjung Korea, Daejeon atau "a grand field" dalam bahasa inggris, kota kecil yang berpenduduk 1,5 juta jiwa [1], kami melewati hari-hari dengan duduk dalam ruang kelas training, diselingi dengan kunjungan pada fasilitas nuklir pada akhir pekan.

    2016, Presentasi

    Pesertanya berasal dari negara Asia Tenggara, Asia  Selatan dan Timur Tengah. Belakangan memang jumlah peserta training dari timur tengah semakin banyak. sangat mungkin berkaitan dengan UEA (Uni Emirat Arab) dan Iran yang sedang dan sudah memiliki PLTN, yang besar kemungkinan memicu negara tetangganya untuk ikut-ikutan membangun [2].

    Tiba saat nya untuk presentasi masing-masing negara tentang kondisi dan rencana program nuklirnya. Saya pun ikut serta dalam presentasi tersebut, dalam presentasi, saya mengutarakan:

    We plan to built 10 MW HTGR – Experimental NPP in Serpong
    Since 1980s up to now we delay and delay NPP Program:
    • 1967 – 1998, we have chance to built because of strong leadership
    • 1999 – Now, public acceptance problem, then it becomes political issues, especially during general election.
    We try and try to educate public about the high safety system of NPP
    Seorang peserta dari Mesir bertanya
    "what is strong leadership?"
    kemudian saya pun menjawab:
    "He was strong leader...just like Hosni Mubarak in your country [3]"
    yang saya maksud dengan "strong leadership" adalah masa orde baru, siapa yang berani protes pada masa orde baru kalau presidennya sudah mengambil kebiakan strategis. Setelah berakhirnya orde baru "public acceptance" menjadi masalah dan kemudian menjadi isu politik, dimana tidak satupun bakal calon pimpinan eksekutif ataupun bakal calon anggota legislatif yang berani/mau memasukkan pembangunan PLTN dalam program kerjanya.

    sesaat kemudian peserta dari Bangladesh bertanya:
    "What is your national planning about the electrical demand in the future, why you didn't built it?"
    kemudian sayapun menanggapi:
    "During our strong leader, he did not decide to built NPP, may be because at his time our population was only 100 millions people and our oil production was 1.5 million barrel/day, but now...our population is 255 millions people and our oil production is 900 thousand barrel/day, but now we facing public accepatance problem"

    2009, 1st time in Korea 

    Dulu sepulang training dari Korea sekitar tahun 2009, saya memberikan presentasi di kantor bahwa dalam sejarah Korea:
    Pada tahun 1978, Korea Selatan mulai mengoperasikan PLTN pertamanya, dengan perjanjian kontrak transfer teknologi, Pada tahun 1998 Korea Selatan berhasil membuat PLTN produksi dalam negeri, PLTN memasok sepertiga kebutuhan listrik mereka.
    kemudian diantara para hadirin ada yang bertanya:
    "kalau dari perjalanan sejarah Korea Selatan bisa melakukan hal tersebut, mengapa kita tidak bisa?"
    kemudian saya menjawab:
    "Pada saat PLTN pertama di bangun di Korea Selatan, pemerintah Korea yang memutuskan, publik tidak memberikan banyak respon karena saat itu publik belum tahu banyak tentang keuntungan ataupun kerugian (bahaya) PLTN, tetapi seiring berjalannya waktu, Korea Selatan semakin maju dan pada saat bersamaan kepercayaan rakyat (public trust) terhadap pemerintahannya semakin tinggi, sehingga untuk pembangunan PLTN berikutnya cenderung mudah tanpa penolakan dari rakyatnya"
    "Berbeda dengan Indonesia, kepercayaan rakyat (public trust) terhadap pemerintahannya masih kurang, sehingga untuk meyakinkan rakyat tentang manfaat dari PLTN bukanlah hal yang mudah, kadang....tiap kali ada rencana pembangunan PLTN, rakyat hanya memandangnya sebagai kegiatan mencari proyek"
    Memang tak dapat dipungkiri bahwa kepercayaan rakyat terhadap pemerintahannya masih kurang, namun saya ingin menyatakan bahwa hal ini adalah hal yang aneh, setelah orde baru berakhir, rakyat sangat bebas untuk memilih siapa saja yang dapat duduk dalam lembaga legislatif (wakil rakyat) dan pucuk pimpinan eksekutif (presiden, gubernur, bupati, kepala desa), bagaimana bisa mereka memilih orang yang tidak dapat dipercaya??

    bukankah para pimpinan eksekutif dan legislatif tersebut yang nantinya akan mengambil kebijakan-kebijakan strategis dan juga memilih orang orang penting, termasuk para pimpinan yudifkatif, pimpinan penegak hukum dan para menteri??. Munculnya tokoh-tokoh seperti Jokowi, Ridwan Kamil, Risma adalah pilihan rakyat.

    Lahirnya para pemimpin yang kurang amanah pada dasarnya diawali oleh kesalahan rakyat dalam memilih para pemimpinnya, kesalahan itu disebabkan oleh:
    1. rakyat yang tidak mengenal pemimpinnya, kebaikan dan keburukan mereka, saya pun sering bingung ketika memilih calon DPRD tingkat 1 dan 2, tidak ada seorang pun yang saya kenal sedikitpun kebaikan dan keburukannya. Hal ini lumrah untuk sebuah negara besar dimana tidak mungkin semua orang saling mengenal, tapi sangat aneh ketika kita salah dalam memilih kepala desa, pada umumnya rakyat desa cenderung mengenal calon kepala desanya dengan baik.
    2. Money politic, pada negara berkembang dimana sebagian rakyatnya kurang mampu, memang politik uang sangat berpengaruh, berbeda dengan negara-negara kaya, memberikan 100 ribu rupiah pada pemilu di negara maju atau kaya minyak adalah hal yang sia-sia.
    Note:
    1. Ada negara peserta tidak mengalami masalah dengan "public acceptance" dengan PLTN. menurut peserta training tersebut walaupun tetap ada yang menolak tetapi lebih banyak yang menerima, melalui usaha sosialisasi yang mereka lakukan (Bangladesh). Kalau di Indonesia tetap banyak juga yang setuju, entah berapa persen, karena belum ada jajak pendapat nasional, tetapi ada kemungkinan pada umumnya NIMBY [4]. Jadi ada juga negara lain yang tetap membangun, dalam artian proyek pembangunannya dijaga ketat oleh aparat bersenjata.
    2. Negara lain yang tidak mengalami masalah dengan public acceptance adalah Jordan, sebuah negara kerajaan, pada negara kerajaan rakyat cenderung mengikuti kebijakan raja.... btw, bagaimana kalau raja Jogja mau bangun PLTN apakah rakyatnya setuju? tapi belum tentu juga karena kekuasaan raja Jogja tidak seperti raja Jordan.
    3. Ada juga negara yang tidak mengalami masalah dengan "public acceptance" tetapi mengalami kendala finansial dengan pembiayaan pembangunan (Vietnam), negara tersebut didominasi partai komunis [5]. kalau Indonesia kemungkinan tidak mengalami masalah, bisa mencari investor ataupun "ngutang lagi".
    4. setelah kecelakaan Fukushima, memang ada pro dan kontra penggunaan PLTN di Korea Selatan, sepertiga listrik mereka berasal dari PLTN, hingga saat ini mereka tetap menggunakan PLTN, salah satu pertimbangannya karena kurangnya sumber daya energi alternatif.
    5. Tahun 2007 Qatar sudah memiliki rencana yang matang untuk membangun PLTN, tetapi kemudian ditunda, dikarenakan negara tetangga mereka UEA membangun PLTN, mereka menganggap 4 PLTN yang sedang dibangun di UEA sudah mencukupi kebutuhan mereka, perlu diketahui terdapat interkoneksi jaringan listrik antara UEA dan Qatar.
    6. Cita-cita membangun pemerintahan yang baik dan kesejahteraan rakyat masih mungkin dilakukan dengan pemilu/pilkada yang baik, setelah itu terserah rakyat yang menentukan apakah PLTN perlu dibangun ataupun tidak, PLTN bersifat mubah, bukan haram ataupun wajib.
    7. Apabila anda menjual suara anda dengan sejumlah uang serangan fajar (money politics)...Jika menerima uang tersebut kita anggap sebagai menerima gratifikasi (korupsi), maka kitalah sebagai rakyat yang sudah medahului melakukan korupsi dan jangan heran bila orang yang telah kita pilih tersebut juga nantinya melakukan korupsi...dan ada kemungkinan uang hasil korupsi tersebut dia pakai lagi untuk biaya politik (serangan fajar) untuk pemungutan suara periode berikutnya....sebuah siklus politik uang.
    Referensi:
    [1] https://simple.wikipedia.org/wiki/Daejeon
    [2] http://arifisnaeni.blogspot.co.id/2012/02/sejarah-perkembangan-teknologi-nuklir.html
    [3] https://id.wikipedia.org/wiki/Hosni_Mubarak
    [4] https://en.wikipedia.org/wiki/NIMBY
    [5] https://id.wikipedia.org/wiki/Vietnam




    Minggu, 31 Juli 2016

    "We Take The Risk" (kita ambil resikonya)

    Seperti tahun-tahun sebelumnya perjalanan mudik tahun ini diwarnai dengan berbagai kecelakaan, baik yang bisa kita lihat langsung, maupun informasi dari media massa.

    Jumlah kecelakaan lalu lintas pada masa angkutan lebaran tahun 2016 berdasarkan pantauan yang dilakukan oleh Korlantas Polri pada H-6 hingga H+8, korban meninggal akibat kecelakaan 558 jiwa. Kecelakaan lalu lintas pada saat mudik masih didominasi oleh kendaraan bermotor roda dua yang menyumbang 3.766 kecelakaan. Kecelakaan mobil 864. Moda angkutan bus sebesar 157 [1].

    Pernahkah kita befikir bahwa pada umumnya kendaraan yang kita gunakan sebenarnya dengan sengaja didesain untuk tidak begitu tahan tumbukan (kecelakaan), padahal sebenarnya bisa dibuat lebih tahan terhadap tumbukan (kecelakaan), bahkan bumper yang fungsinya untuk menahan benturan pun saat ini kebanyakan terbuat dari fiber glass ataupun plastik.

    Kumpulan Video Kecelakaan [2]

    Kumpulan Video Kecelakaan [3]

    Keselamatan dalam industri otomotif sudah sangat diatur. Kendaraan bermotor harus mematuhi sejumlah norma dan peraturan, baik lokal maupun internasional, agar dapat diterima di pasar. Standar ISO 26262, dianggap sebagai salah satu kerangka kerja praktek terbaik untuk mencapai keselamatan fungsional otomotif [4]

    Beberapa aspek teknik yang dipertimbangkan [5] :
    1. Rekayasa keselamatan: sabuk keselamatan, air bag, pengujian tumbukan.crash test dummies, partial system sled and full vehicle crashes.
    2. Ekonomi bahan bakar / emisi: kilometer per liter. uji emisi hidrokarbon, nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2).
    3. Elektronik Kendaraan: sistem elektronik untuk kontrol operasional rem dan kemudi, HVAC, infotainment, pencahayaan, dll.
    4. Kinerja: yaitu nilai yang terukur dan dapat diuji dari kemampuan kendaraan untuk tampil di berbagai kondisi.
    5. Ergonomi 
    6. Biaya
    7. Respon pasar dan jadwal produksi.
    8. Kelayakan perakitan: mudah dirakit dan murah  
    Pertimbangan biaya dan ekonomi bahan bakar mengakibatkan kendaraan dibuat ringan, tipis sehingga kendaraan cenderung mudah rusak bila terkena tumbukan (kecelakaan).

    ketahanan dari mobil akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan kendaraan lapis baja. Pada kendaraan lapisa baja, lapisan bajanya saja tebalnya bisa mencapai 250 mm (9,8 inci) di bagian depan dan 150 mm (5,9 inci) di bagian belakang. [6]


    Tank vs Mobil [7]

    Pada video di atas, mobil hanya seperti kaleng yang sangat mudah penyok. sangat berbeda dengan kendaraan lapis baja.

    Bentuk lain dari kendaraan lapis baja adalah panser, dengan lapisan baja setebal 10 mm. Harga satu unit Panser Anoa buatan Pindad bisa mencapai sekitar Rp 8 miliar [8]. Kendaraan lapis baja tidak selalu dalam bentuk tank ataupun panser, bisa saja terlihat seperti kendaraan biasa, tapi dengan harga yang fantastis :

    Kendaraan Lapis Baja [9]


    Note:
    1. Sudah sangat banyak orang yang meninggal dalam kecelakaan di jalan raya, tetapi tetap saja kita tidak takut untuk kembali ke jalan raya. Mungkin kita selama ini berfikir bahwa ini adalah pilihan terbaik, karena kalau harus menggunakan kendaraan lapis baja maka harga yang harus dibayar akan sangat mahal
    2. Sangat berbeda dengan PLTN, walaupun kita belum pernah mengalami kecelakaan PLTN kita cenderung takut.
    3. Mungkin kalau listrik PLTN jauh lebih murah dibandingkan pembangkit lain, seperti perbandingan harga dan biaya kendaraan kita dibandingkan kendaraan lapis baja maka kita akan memilih listrik PLTN.
    4. Safety system yang begitu canggih membuat investasi PLTN menjadi mahal, dulu waktu kuliah S-1 ada seorang Dosen yang menyatakan bahwa "60% dari investasi PLTN hanya untuk safety system"...entah bagaimana cara menghitungnya.
    5. PLTN bagaikan kendaraan lapis baja bila dibandingkan dengan pembangkit lain, gedung sungkup reaktor sangat tebal dan kokoh (tebal beton 1,3 meter), lebih tahan terhadap bencana alam (gempa, banjir, angin topan), bahkan gedung reaktor tidak akan hancur apabila ditabrak oleh pesawat.
    Referensi:
    [1] http://wartakota.tribunnews.com/2016/07/18/kecelakaan-lalu-lintas-mudik-2016-menurun-6-persen
    [3] https://youtu.be/p--gw4zC7yk
    [4] https://en.wikipedia.org/wiki/Automotive_industry
    [5] https://en.wikipedia.org/wiki/Automotive_engineering
    [6] http://alifrafikkhan.blogspot.co.id/2011/07/jagdtiger-kendaraan-lapis-baja-terberat.html
    [7] https://youtu.be/nilxgNDfV0s
    [8] http://www.jpnn.com/read/2013/10/17/196077/Dibalut-Baja-Tebal-Sekuat-Tank,-Ber-AC-dan-Kulkas-Senyaman-Sedan-
    [9] https://youtu.be/NgAEFh38Kus

    Selasa, 02 Februari 2016

    Kudeta

    Kudeta adalah sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang dengan cara ilegal dan sering kali bersifat brutal, inkonstitusional berupa "penggambilalihan kekuasaan", "penggulingan kekuasaan" sebuah pemerintahan negara dengan menyerang (strategis, taktis, politis) legitimasi pemerintahan kemudian bermaksud untuk menerima penyerahan kekuasaan dari pemerintahan yang digulingkan. Kudeta akan sukses bila terlebih dahulu dapat melakukan konsolidasi dalam membangun adanya legitimasi sebagai persetujuan dari rakyat serta telah mendapat dukungan atau partisipasi dari pihak non-militer dan militer (tentara) [1].

    Selain kudeta  dalam skala yang besar, ternyata bila kita amati ada juga kudeta dalam sekala kecil, baik di organisasi pemerintahan ataupun swasta. Kudeta jenis ini tidak akan mengkonsolidisi rakyat/militer dalam jumlah besar, bahkan seringnya tidak memperlihatkan tindak kekerasan sama sekali.

    Kudeta bisa dilakukan dengan menggunakan kekuatan hukum, misalnya mencari-cari kesalahan orang yang berkuasa kemudian memperkarakannya sebagai suatu tindakan yang melanggar hukum, dengan harapan orang yang berkuasa tersebut terkena sanksi hukum. Sama seperti kudeta skala besar, kudeta dalam skala kecil ini juga kadang memunculkan korban yang tidak bersalah (atau korban yang kesalahannya kecil).

    Cerita tentang kudeta, juga ada kudeta yang menggunakan kekuatan hitam (black magic) seperti tenun/santet, tentunya cara ini ditempuh untuk menghindari jeratan hukum, Karena sampai sekarang sepertinya belum ada hukum positif yang bisa memperkarakan meninggalnya seseorang karena hal-hal yang aneh, walaupun kadang secara kedokteran bisa dibuktikan adanya benda asing di dalam tubuh (misalnya paku, kaca dsb) melalui roentgen, USG, CT-Scan, tetapi untuk membuktikan pelakunya secara hukum tidak bisa dilakukan. Berbeda dengan pembunuhan menggunakan racun Sianida yang pernah terjadi di sebuah cafe di Jakarta, besar kemungkinan pelakunya mengira bahwa jejak sianida belum bisa dirunut/diungkap oleh aparat penegak hukum kita, tetapi anggapan itu salah.

    Note:

    1. Menjadi korban atau terpidana ataupun sampai meninggal bisa dinilai dari dua sisi, bila dilihat dari sisi dunia maka itu adalah kesengsaraan hidup, tapi bila dilihat sisi akhirat maka sebenarnya mereka adalah orang-orang yang cukup beruntung, kemungkinan kesalahan mereka sudah ditebus, hingga tidak ada lagi dosa yang perlu untuk dibawa mati.
    2. Bila ada yang meninggal karena santet/tenun semoga mereka meninggal dengan khusnul khotimah, urusan mereka di dunia sudah selesai, semoga mereka bahagia di alam kubur, yang bersedih adalah orang-orang yang mereka tinggalkan. Orang yang mengirimkan santet/tenun ada kemungkinan akan merasakan sakit yang lama, terbaring berbulan-bulan atapun bertahun-tahun di rumah sakit.
    3. Orang yang merasa sakit bertahun-tahun kadang –kadang doanya juga aneh, dia berdoa ingin segera meninggal.
    4. Saya penah melihat orang tua berjalan tertatih-tatih menggunakan tongkat, terlihat senyum lebar di mulutnya….ternyata dia sangat bahagia karena bisa berjalan lagi…karena sebelumnya terbaring selama 3 bulan karena menderita stroke (lumpuh separuh).
    5. Kudeta juga bisa terjadi pada lingkungan keluarga karena perebutan harta ataupun warisan.
    6. Pernah ada suatu cerita tentang kudeta seorang sahabat. Seorang pengusaha menitipkan rumah, tempat usahanya pada sahabatnya karena dia akan melakukan perjalanan bisnis ke luar negri, setelah beberapa minggu pengusaha tersebut pulang, betapa kagetnya dia setalah tahu bahwa aset-aset berharganya sudah balik nama atas nama sahabatnya.


    Referensi:
    [1] https://id.wikipedia.org/wiki/Kudeta

    Senin, 01 Juni 2015

    Pembangunan PLTN ….. Haruskah Terus Diperjuangkan ?

    Dalam sebuah sesi coffe break sebuah training duduk seorang ibu setengah tua, agak gemuk, berjilbab, berwajah khas timur tengah, beliau berasal dari Uni Emirat Arab, Negara yang sedang membangun PLTN. 

    Aku pun bertanya:
    Do you have anti-nuclear organization in your country?

    Ibu tesebut menjawab:
    We had made socialization of nuclear power plant to our society in our country…. There were many many questions….. after we answered those questions….and explained……no one said NO to nuclear power plant program
    Tepat di depan kami duduk orang yang sudah berumur dari Jerman, berperawakan agak kurus, berwajah intelek layaknya seorang profesor, beliau adalah pengajar dari training tersebut, umurnya sudah 63 tahun, umur yang tidak muda lagi, badan yang terlihat sehat dan masih berjalan tegap menunjukkan bagusnya standar kesehatan di negaranya, umur 63 tahun masih bekerja,  usia pensiun di negaranya adalah 65 tahun.

    Saya pun berkomentar:
    It’s so different with your country, it’s may be the big difference between a kingdom country and democratic country?
    Beliaupun menanggapi:
    anything could be happened, 20 years ago we didn’t have anti-nuclear movement, its about political decision, now we had installed 40 Giga watt solar and wind power generation, its really huge, now we focus on how to save that big amount of electricity.
    Melihat fakta bahwa organisasi anti nuklir begitu mampu untuk mempengaruhi rakyat, demo pun muncul untuk menolak pembangunan PLTN, tapi bukankah PLTN di negri ini hanyalah diversifikasi dari pembangkitan listrik yang sudah beroperasi, waktu lama yang diperlukan dari tapak hingga operasi yang melebihi siklus politik (5 tahun) membuat para pengambil kebijakan kesulitan mengambilnya sebagai langkah politik (opsi pencitraan), belum lagi penolakan dari rakyat bisa membuat suara mereka lari.

    Menurut saya negri kita sudah pada jalan yang tepat (on-track) pada penggunanan nuklir di bidang aplikasi industri dan kesehatan, penelitan (AAN, iradiasi), produksi isotop. Bukankah metode produksi isotop hanya bisa menggunakan teknologi nuklir (reaktor / akselrator / cyclotron)?.... yang kesemuanya berkatian dengan radiasi dan material radioaktif. Penggunaan energi nuklir di bidang ini bukan lagi sebagai metode deversifikasi, yang bisa digantikan dengan cara lain, yang sebaiknya kita lakukan adalah meningkatkan kapasitas produksi dan pemasarannya.

    Note:
    Tapak-tapak PLTN setelah berlalunya jaman orba selalu mengundang penolakan (demo), kecuali reaktor riset yang sudah ada, mungkin itu juga sebabnya tapak HTGR diletakkan di dekat reaktor riset tersebut.

    Pakar dari jerman tersebut menjawab pertanyaan lama saya:
    “why in fukushima accident after they ran out of electricity from the battery to drive the cooling pump, then they failed to operate diesel-generator coz the fuel tank was gone, they didn’t use the electricity from the main turbine-generator (electricity) to drive cooling pump, there were steam generated from the decay heat?”

    Beliau menjawab:
    “may be they need to activated many auxiliary system to operate the main turbine-generator system, but actualy in fukushima unit 2 and 3, there were another small turbine system that connected directly to water pump, it was working properly. After the pressure of the main steam decreased and decreased, they decided to close the valve of that pump, coz they thought this turbine-pump was not working optimally, because they has another pump working. Then after a period of time they realized that pump is not enough, they saw pressure was increased, they tried to open the valve again….but they failed…may be becase the electricity system has failed to open that valve.”

    related post:
    arifisnaeni.blogspot.com/2012/02/sejarah-perkembangan-teknologi-nuklir.html

    Selasa, 16 September 2014

    Untuk Apa Sekolah Lagi?

    Kadang muncul pertanyaan pada diri kita, buat apa sekolah tinggi-tinggi? atau buat yang sudah bekerja buat apa sekolah/kuliah lagi?

    ada sebuah artikel yang cukup menarik dari buku Al Arabiya Bayna Yadaik, buku yang saya gunakan untuk belajar bahasa arab:

    تعليم بين الماضي و الحاضر


    terjemahan bebas pada paragraf terakhir dari tulisan di atas:
    "Jaman dulu guru tidak mengharapkan bayaran kecuali mengharap ridho Allah, tetapi saat ini banyak guru yang mengharapkan mendapatkan gaji yang besar. Saat ini murid lebih memikirkan ijazah dibandingkan dengan ilmu, karena ijazah adalah alat untuk melamar pekerjaan"

    kadang saya bertanya kepada rekan-rekan saya di kantor saat mereka akan/selesai tugas belajar (S2 atau S3).

    Buat apa sih melanjutkan sekolah? apakah alasannya satu dari hal ini?
    1. menambah status sosial. ....punya titel Master atau Doktor kan keren tuh :-)
    2. menambah peluang untuk mendapatkan posisi/jabatan yang lebih tinggi.
    3. mencari tambahan uang dari beasiswa.
    4. biar bisa jalan-jalan ke luar negeri
    5. bosen di kantor terus...ganti suasana
    atau ada alasan lain?

    kadang-kadang mereka menjawab "bosen di kantor terus" ataupun ada juga yang menjawab "untuk menambah peluang mendapatkan posisi/jabatan yang lebih tinggi"

    tetapi ada jawaban lain ketika pertanyaan tersebut saya utarakan kepada salah seorang senior saya di kantor saat yang bersangkutan akan berangkat melanjutkan kuliah ke jenjang Doktoral (S-3). Mungkin karena yang bersangkutan adalah anak kiai jadi jawabannya agak lain:

    Jawaban senior saya tersebut:
    Saya kuliah lagi untuk mencari ilmu, karena Allah sudah berjanji "Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang berilmu beberapa derajat" nah saya juga belum tau diangkat derajatnya itu dalam bentuk apa? apakah status sosial atau jabatan atau uang.

    sebagaimana terdapat pada (Q.S. al-Mujadalah[58]: 11)

    unduhan


    Artinya:
    "... niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat..."
    (Q.S. al-Mujadalah[58]: 11)